Monday, 23 January 2017

Biogas #2


Instalasi Biogas Skala Rumah Tangga

Dalam membangun instalasi biogas untuk skala rumah tangga, ada beberapa tahapan yang harus dilalui, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan lokasi
Lokasi hendaknya tidak terlalu jauh dari sumber bahan organik, hal ini bertujuan agar ketika bahan baku dibutuhkan tidak terlalu repot dalam pengadaannya.

2. Bahan dan alat
Sejumlah alat dan bahan yang dibutuhkan dalam membangun instalasi (degester) biogas adalah sebagai berikut:
  • Tangki reaktor
  • Pipa paralon
  • Kne L ukuran 1/2 
  • Kne L drat
  • Kran gas
  • Selang
  • Klem paralon
  • Klem selang
  • Selang gas khusus untuk kompor
  • Lem paralon
  • Alat kontrol
  • Kompor biogas portable
  • Semen
  • Pasir
  • Batu bata.

3. Membuat lubang degester
Lubang degester dapat dibuat dengan cara di bangun atau ditanam dalam tanah, namun ada juga yang diatas permukaan tanah. Namun pada umumnya degester biogas banyak yang ditam dalam tanah, tujuannya ialah agar ketika kita memasukkan bahan organik ke dalam lubang degester tidak akan mengalami kesulitan, karena posisi degester lebih rendah daripada lubang degesternya.

4. Pembuatan saluran pemasukan (inlet)
Inlet adalah saluran pemasukan bahan organik ke dalam degester. Saluran ini dibuat dengan lebar antara 20-30 cm, saluran ini dihubungkan dengan lubang pemasukan yang sudah ada pada digester biogas.

5. Saluran pengeluaran (outlet)
Saluran pengeluaran adalah saluran yang menghubungkan lubang pengeluaran bahan organik yang sudah tidak mengandung biogas (keluaran-sludge) dari degester dengan bak penampungan.

6. Bak penampungan
Bak penampungan dibuat persegi panjang dengan ukuran 1m x 1m x 1m, jarak dari lubang biodegester sekitar 20 cm dengan posisi searah dengan lubang pemasukan.

7. Pemasangan/instalasi
Caranya degester dimasukkan secara perlahan kedalam lubang, pastikan posisi lubang inlet (pemasukan) dan outlet (pengeluaran) sudah pas. Untuk penimbunan disekeliling digester sudah terisi bahan organik, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan atau pecahnya degester.

8. Pemasangan pipa saluran gas
Jika degester sudah tertanam dengan baik maka kegiatan selanjutnya adalah pemasangan pipa saluran gas yang berdiameter 0,5 inch. Adapun cara pemasangannya adalah sebagai berikut:
- pasang kran gas kontrol pada salah satu pipa paralon yang ada dibagian atas kubah degester.
- sedangkan satu pipa paralon lainnya disambungkan dan diarahkan ke dapur (tempat memasak) atau ke generator untuk menghasilkan listrik.
- pada bagian ujung paralon didapur kemudian dipasang kran gas dan di klem.

Demikian lah penjelasan singkat mengenai masalah biogas, penulis menyadari masih banyak kekurangan didalamnya. Kritik dan saran sangatlah penulis harapkan demi kemajuan blog ini, sekian dan terima kasih.

Sunday, 22 January 2017

Biogas #1



Selamat malam semuanya, kembali lagi bersama mamen blog. Baiklah langsung saja pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi ilmu tentang biogas. Berbicara mengenai biogas mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat, namun ada juga yang belum tau dan mengerti tentang biogas. Apa sih Biogas itu ?, baiklah langsung saja kita ke TKP.

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh microorganisme dalam keadaan anaerob. Untuk menghasilkan biogas dibutuhkan reaktor biogas (digester) yang merupakan suatu instalasi kedap udara sehingga proses dekomposisi bahan organik dapat berjalan secara optimum. Disamping itu, digester biogas dapat mengurai emisi gas metana (CH4) yang merupakan salah satu gas yang menimbulkan efek gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan.

Baiklah untuk mengetahui proses terbentuknya biogas maka saya akan menjelaskan step by stepnya.
A. Biogas.
Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metaorganik yang terjadi pada material-material yang dapat terurai secara alami dalam kondisi anaerob. Pada umumnya biogas terdiri dari gas metana (CH4) 50-70%, gas karbon dioksida (CO2) 30-40%, hidrogen (H2) 5-10%, dan gas-gas lainnya dalam jumlah yang sedikit.

B. Bakteri Metanogenik.
Adalah bakteri yang terdapat pada bahan-bahan organik dan menghasilkan metan serta gas-gas lainnya dengan proses keseluruhan rantai hidupnya dalam keadaan anaerob. Perbedaan bakteri-bakteri prmbentuk metan memiliki sifat-sifat fisiologi seperti bakteri pada umumnya. Bakteri metaorganik berkembang lambat dan sensitif terhadap perubahan mendadak pada kondisi fisik dan kimiawi.

C. Input dan Sifat-sifatnya.
Beberapa bahan yang dapat terurai secara organik dapat digunakan sebagai input prosesing bioreaktor. Namun alasan teknis dan ekonomis, beberapa bahan lebih dikehendaki sebagai input daripada lainnya.

D. Proses Fermentasi.
Proses fermentasi mengacu pada berbagai reaksi dan interaksi yang terjadi diantara bakteri metanogen dan non-metanogen serta bahan yang diumpankan kedalam degester sebagai input. Ini adalah phisio-kimia yang kompleks dan proses biologis yang melibatkan berbagai faktor dan tahapan bentuk. Penghancuran input yang merupakan bahan organik dicapai dalam tiga tahapan, yaitu hidrolisa, acidification, dan methanization.

E. Teknologi Biogas.
Teknologi biogas merupakan salah satu teknik tepat guna untuk mengolah limbah, baik limbah peternakan, pertanian, limbah industri dan rumah tangga untuk menghasilkan energi. Selanjutnya hasil pengolahan limbah tersebut dengan konsep hasil akhir menjadi produk berdaya guna sebagai bahan bakar gas (biogas) dan pupuk organik padat/cair bermutu baik.

Manfaat lain dari energi biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar , khususnya minyak tanah, yang dipergunakan untuk memasak dan sebagai pembangkit energi listrik. Sedangkan limbah keluaran dari degester biogas dapat dijadikan sebagai pupuk, baik padat maupun cair.

Baiklah teman-teman mungkin hanya itu saja yang dapat saya jelaskan. Untuk tahapan-tahapan selanjutnya mengenai biogas akan saya tulis dalam artikel yang selanjutnya. Follow n comment yang membangun sangat penulis harapkan demi kebaikan kita bersama.


Sunday, 15 January 2017

chili crop pests





1. Wilt disease on chili Wilt disease is a disease that is difficult to control the cultivation of chili peppers. Wilt disease could ditumbulkan by diverse bodies of penganggu plants such as various types of fungi and bacteria. Wilt caused by the fungus called fusarium wilt. Type of mushroom is Fusarium sp., Verticilium sp. and Pellicularia sp. This fungus lives in the acidic environment. While bacterial wilt caused by Pseudomonas solanacearum. These bacteria live in stem tissue. Wilt disease control should be observed with the more specific in order to be more precise handling.

2. Pest Mites
The mites that attack plants are mites yellow chilli (Polyphagotarsonemus latus) and red mite (Tetranycus sp.). Mites also found attacking cassava crop plants. The leaves become thick and stiff that hampered bud formation. Eventually the leaves will turn brown and die. At chilli plants, making leaf curl mite attack roll to the bottom like a spoon upside down. Technical control. The rest of the affected plants were burned so as not to infect others. Plants are attacked by severe unplugged while not severe cut its shoots. For prevention, try the chilli growing areas not adjacent to the cassava plant. Viewed from the physical, the eight-legged mite different from insects (insek) the quadruped. Maintain the cleanliness of the garden effectively reduce mite attack. Chemical control. Mites can only be eradicated by poison mites like akarisida and not with insecticide. Viewed from the physical, the eight-legged mite different from insects (insek) the quadruped.

3. Pest thrips (Thrips)
Plants are attacked chilli thrips leaves will look silvery lines, there are patches of yellow to brown and stunted growth. If allowed to dry and the leaves will die. Attacks trips usually intensified during the dry season. Can utilize natural predators of pests, such as beetles and ladybugs. These pests also act as carriers of the virus and spreads very easily. Technical control. The use of mulch and maintain a healthy garden effectively suppress development.
Spraying is done when a widespread attack. Use of insecticide active ingredient fipronil and do in the afternoon In addition, crop rotation helps control pests of this type. Chemical control.

Friday, 13 January 2017

Cara menggemukkan sapi pedaging


TEKNIS BUDIDAYA SAPI PEDAGING








A. PENDAHULUAN
Usaha peternakan sapi pedaging mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar-besaran dan modern. Dengan skala usaha kecil pun akan mendapatkan keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya modern. Prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu budidaya penggemukan sapi pedaging baik untuk skala usaha besar maupun kecil. Penggemukan sapi pedaging adalah pemeliharaan sapi dewasa dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat (3 - 6 bulan).

1. Jenis-jenis Sapi Pedaging
Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi pedaging di Indonesia adalah :

a. Sapi Bali

Hasil gambar untuk sapi BALICirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat, punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan yang baru.






b. Sapi Ongole

Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk, dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih rendah.




c. Sapi Brahman

Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi pedaging di Indonesia.






d. Sapi Madura

Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih pada moncong, ekor dan kaki bawah.Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan rendah.





e. Sapi Limousin


Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik.






2. Pemilihan bakalan
Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah :
a. Berumur di atas 2 tahun, maksimum 3 tahun
b. Jenis kelamin jantan;
c. Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar;
d. Panjang badan minimal 170 cm;
e. Tinggi pundak minimal 135 cm;
f. Lingkar dada 133 cm;
g. Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus karena kurang pakan, bukan karena sakit);
h. Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.
i. Kotoran normal.


B. TATA LAKSANA PEMELIHARAAN
1. Perkandangan.
Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati tempatnya sendiri berukuran panjang 2,5 m X lebar.1,25 m. Tipe ini dapat memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena banyak bergerak.Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena lebih banyak mendapatkan pakan.

2. Pakan
Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya, sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah melewati rumen.Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama.Salah satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang digunakan adalah : koro pedang, ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul, kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan. Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen, mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan.Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah 2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi (bisa dibuat sebagai menjadi Silase, yg dapat disimpan sebagai cadangan pakan hijauan) Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat kasar.Pakan hijauan yang berkualitas rendah mengandung serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan. Mineral-mineral sebagai penyusun tulang, darah dan berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, K, Ca, Mg, Cl dan lain-lain. Asam-asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusindan lain-lain sebagai penyusun protein, pembentuk sel dan organ tubuh. Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan ketahanan tubuh sapi dari serangan penyakit.Asam – asam organik essensial, diantaranya asam propionat, asam asetat dan asam butirat.


C. Pengendalian penyakit
Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan penyakit dari pada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan sapi adalah :

a. Pemanfaatan kandang karantina.
Sapi bakalan yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami cacingan.Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika digemukkan.Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang sehat.

b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan kandangnya.
Sapi yang digemukkan secara intensif akan menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.

c. Vaksinasi untuk bakalan baru.
Pemberian vaksin cukup dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina. Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi Anthrax. Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), kembung (Bloat) dan lain-lain.


D. Produksi daging
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah:
a. Pakan.
Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas rendah.

b. Faktor Genetik.
Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi lebihtinggi.Jenis Kelamin.Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih besar.

c. Manajemen.
Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga masa penggemukan menjadi lebih singkat.


SEKIAN & TERIMA KASIH
JANGAN LUPA FOLLOW ME GUYS.

Sunday, 8 January 2017

Resep kuliner lidah buaya


LIDAH BUAYA


A. Lidah buaya adalah tanaman yang sudah akrab kita dengar ditelinga. Selain sangat mudah penanaman dan perawatannya, tanaman ini pun dikenal punya banyak manfaat dan khasiat. Lidah buaya biasanya ditanam didalam pot sebagai tanaman hias, namun pada saat sekarang ini seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi tanaman lidah buaya telah dibudidayakan secara masal untuk tujuan komersil.

gbr 1. tanaman lidah buaya

Lidah buaya memiliki beragam khasiat dan manfaat, selain sebagai tanaman hias lidah buaya juga dapat digunakan sebagai obat herbal, bahan kosmetik, kuliner dan lain sebagainya. Namun pada kesempatan kali ini saya ingin membahas tentang manfaat lidah buaya didalam bidang kuliner. Diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Manisan lidah buaya.

gbr 2. manisan lidah buaya


a. Bahan :
  • Lidah buaya 1 kg
  • Gula pasir 600 gr
  • Natrium Bisulfit 6 gr
  • Kapur sirih 2 sdm
b. Cara pembuatan :
  • Kupas lidah buaya, potong-potong sesuai selera.
  • Cuci bersih lalu rendam dalam larutan natrium bisulfat selama 1 jam, cuci dan tiriskan.
  • Rendam lidah buaya dalam larutan kapur sirih selama 1 jam hingga teksturnya stabil, kemudian cuci dengan air mengalir.
  • Masukkan lidah buaya yang telah dicuci tadi kedalam larutan gula, pastikan semua bagian terendam dan simpan selama satu malam.
  • angkat lidah buaya dan tiriskan.
  • selesai, dan manisan lidah buaya siap untuk dinikmati.

2. Dodol lidah buaya.


gbr 3. dodol lidah buaya

a. bahan :
  • 1 kg daging daun lidah buaya
  • 700 gr tepung ketan
  • 400 gr tepung beras
  • 2 kg gula pasir
  • 2 liter santan murni
  • 0,1 % asam askorbat
  • pewarna ( selera )
  • agar-agar secukupnya
b. cara pembuatan :
  • santan dan gula dimasak hingga mengental
  • tepung beras dan ketan dicampurkan kedalam larutan gula
  • masukkan lidah buaya, aduk terus hingga tidak lengket diwajan
  • masukkan agar-agar dan pewarna
  • setelah dingin dodol siap dikemas.

3. Dawet lidah buaya

gbr 4. dawet lidah buaya

a. bahan :
  • daun lidah buaya
  • pisau
  • air jeruk
  • baki
  • guala/sirup
  • santan
b. caranya :
  • kupas kulit lidah buaya.
  • potong dalam bentuk memanjang
  • lalu rendam kedlam air jeruk selama 24 jam, tiap 12 jam air jeruk harus diganti
  • kemudian bilas potongan lidah buaya dengan air hingga bersih
  • masukkan potongan lidah buaya kedalam sirup atau rebusan gula.
  • tambahkan santan dan es batu
  • yummi, es dawet lidah buaya siap untuk dinikmati.


"selamat mencoba"










Saturday, 7 January 2017

Peluang dan analisa usaha lidah buaya



A. Produksi.
Produksi tanaman lidah buaya adalsh daun pelepah. Pada satu pohon tanaman lidah buaya dapat dipanen 1 sampai 2 pelepah setiap bulannya. Untuk tanaman yang berumur 10 - 12 bulan berat pelepah dapat mencapai 0.6 kg, apabila populasi tanaman mencapai 8.000 ( jarak tanam 1.00 m x 1.25 m ) dan yang dapat dipanen diperkirakan mencapai 80 % dari populasi tanaman/ha, masing-masing tanaman dipanen sebanyak satu pelepah, maka dapat diperkirakan hasil produksi dari budidaya tanaman ini per hektar/bulan = 80% x 8.000 x 0.6 kg = 3.840 kg. Produksi/ha/tahun = 12 x 3.840 kg = 46.080 kg.

gbr 1. tanaman lidah buaya

B. Potensi.
Pada saat ini pusat pengembangan lidah buaya terdapat di negara-negara Afrika bagian selatan, sedangkan negara-negara yang telah membudidayakan lidah buaya secara komersil adalah Amerika Serikat, Meksiko, Karibia, Australia, dan Thailannd.

gbr 2. pengembangan lidah buaya

Usaha pengolahan lidah buaya sudah di prediksikan akan menjadi usaha yang sangat berkembang didunia bisnis pertanian indonesia. Hal itu dikarenakan masih jarangnya pengusaha yang bergelut dibidang pengolahan lidah buaya. Apabila pelaku bisnis melihat peluang yang ada maka mereka pasti akan berfikir ulang untuk beralih bisnis ke pengolahan lidah buaya yang menjanjikan keuntungan lebih.

C. Kompetisi / daya saing.
Saat ini persaingan pasar produk lidah buaya belum terasa menyulitkan. Pengembangan agribisnis lidah buaya di Indonesia terpusat di Pontianak Kalimantan Barat. Lidah buaya juga banyak diusahakan di Pulau Jawa, tetapi skala usahanya relatif sempit dan lokasinya juga terpencar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetisi / daya saing  masih sedikit atau rendah.

gbr 3. perkebunan lidah buaya

D. Nilai ekonomis.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa lidah buaya memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. 

gbr 4. pelepah lidah buaya

Setiap bagian tubuh tanaman lidah buaya dapat menciptakan suatu nilai jual atau nilai ekonomis bagi lidah buaya itu sendiri, seperti :
  1. Gel atau pulp dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman.
  2. Kulit lidah buaya dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan teh lidah buaya.
  3. Ekstrak lidah buaya dapat dimanfaatkan sebagai bubuk atau powder dan senyawa aktif lainnya.
  4. Konsentrat lidah buaya dapat dikembangkan dalam bidang kosmetik, farmasi, dan industri kimia.
E. Aspek pemasaran.
Didalam aspek pemasaran terdapat beberapa point yang harus kita ketahui terlebih dahulu, sehingga proses pemasarannya dapat berjalan dengan lancar. Diantaranya adalah sebagai berikut: 
  1. Permintaan.
  2. Penawaran.
  3. Harga.

gbr 5. lidah buaya dalam pot

F. Analisa usaha.
Berikut adalah hasil analisa usaha budidaya tanaman lidah buaya dengan lahan satu hektar.

1. Budidaya
  • Bibit 10 ribu batang @ Rp 1.500 = Rp 15.000.000
  • Pupuk cair 400 L. @ Rp 2.000 = Rp 800.000
  • Pestisida 2 L. @ Rp 200.000
2. Lahan
  • Pengolahan tanah = Rp 5.000.000
3. Peralatan
  • Cangkul, sprayer, dan lain-lain = Rp 1.000.000
  • Peralatan ro-drip satu paket = Rp 8.000.000
4. Biaya penyusutan alat :
  • Saprodi 10% dari Rp 1.000.000 = Rp 100.000
  • Peralatan ro-drip 10% dari Rp 8.000.000 = Rp 800.000
5. Lain-lain
  • Sewa lahan 1 tahun = Rp 10.000.000
  • Petugas kebun 3 orang dalam 12 bulan @ Rp 3.000.000 = Rp 36.000.000
  • Transportasi 12 bulan @ Rp 200.000 = Rp 2.400.000
  • Pajak bumi dan bangunan = Rp 100.000
6. Biaya pemeliharaan 3 x dalam setahun
  • Pupuk cair 3.000 liter @ Rp 2.000 = Rp 6.000.000
  • Pestisida 6 liter @ Rp 100.000 = Rp 600.000
7. Upah tenaga kerja harian
  • Penyiangan gulma 30 HOK @ Rp 15.000 = Rp 450.000
  • Penanaman 10 HOK = Rp 150.000
  • Pengendalian OPT 30 HOK @ Rp 15.000 = Rp 450.000
  • Pembersihan saluran drainase = Rp 600.000
  • Pembumbunan = Rp 600.000
  • Panen = Rp 450.000
  • Pengangkutan = Rp 450.000
  1. Modal yang diperlukan kurang lebih adalah = Rp 89.150.000.
  2. Penjualan dan keuntungan produksi per hektar per bulan ( 2.000 pelepah x 0.8 kg ) = 8.000 kg.
  3. Harga jual per kg = Rp 1.200
  4. Pendapatan per bulan 8.000 kg x Rp 1.200 = Rp 9.600.000
  5. Pendapatan per tahun 12 x Rp 9.600.000 = Rp 115.200.000


pertanian kota