Thursday, 5 January 2017

proposal skripsi ku



Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisin (Brassica campestris var)

SKRIPSI

Oleh:
SUPARMAN
20100122068


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN (INTAN) YOGYAKARTA
2015
RENCANA PENELITIAN

Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisin (Brassica campestris var)



Usulan Proposal Skripsi S-1
Program Studi Agroteknologi



Diajukan oleh :
SUPARMAN
20100122068

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN (INTAN) YOGYAKARTA
2015
Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisin (Brassica campestris var)

Usulan Proposal Skripsi S-1
Diajukan oleh :
SUPARMAN
20100122068

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing
Pada tanggal,       Maret 2015

                      DosenPembimbingI                                                   Dosen PembimbingII

(Dra. F. Woro Rismayatun, M.Pd.Si.)    (Ir. Noordiana Herry Purwanti, M.P.)



Mengetahui
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian (INTAN) Yogyakarta
Dekan


(Ir. DyanYosephMardani,M.Si.)



I.                   PENDAHULUAN

                                
A.                Latar Belakang
Caisin (Brassica campestris) merupakan tanaman sayuran dengan iklim sub-tropis, namun mampu beradaptasi dengan baik pada iklim tropis. Sawi pada umumnya banyak ditanam dataran rendah, namun dapat pula didataran inggi.Sawi tergolong tanaman yang toleran terhadap suhu tinggi (panas).Saat ini kebutuhan akan sawi semakin lama semakin meningkat seiringdengan peningkatan populasi manusia dan manfaat mengkonsumsi bagi kesehatan. Caisin mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis crop, kubis bunga dan brokoli(Rukmana, 1984).
Sebagai sayuran, caisin atau dikenal dengan sawi hijau mengandungberbagai khasiat bagi kesehatan. Kandungan yang terdapat pada caisin adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Manfaat caisin atau sawi bakso sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar  pencernaan. Daun caisinberkhasiat sebagai obat batuk, obat nyeri padatenggorokan dan peluruh air susu, bijinya berkhasiat sebagai obat sakit kepala(Haryanto, 1995).
Pengembangan budidaya caisin mempunyai prospek yang bagus untuk mendukung upaya peningkatan pendapatan petani, peningkatan gizi masyarakat, dan pengembangan agribisnis. Kelayakan pengembangan budidaya caisin ini antara lain ditunjukkan adanya keunggulan komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas tersebut. Selain umur caisin relatif pendek sehingga dapat memberikan keuntungan yang memadai (Rukmana, 1984).
Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik tentang surveiproduk Tanaman Sayuran di Indonesia tahun 2013, luas panen tanaman caisin mencapai 59,426 ha dan produksinya sekitar 600,949 ton dari produksi tanaman sayuran nasional. Dari data tersebut produksi per hektar rata-rata adalah 10,11 ton berat sayuran. Hal ini menunjukan bahwa masih perlu adanya peningkatan produksi sayuran dengan melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas dan kuatitas sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
Beberapa usaha yang dilakukan untuk dapat meningkatkan hasil caisin yaitu dengan sistem pemeliharaan yang baik meliputi penyiraman yang teratur sesuai kebutuhan, pemupukan, penyiangan/pendangiran, pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pemberian unsur hara yang cukup adalah salah satu faktor yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Sutejo (1999), fungsi dari pemupukan adalah untuk menganti kehilangan unsur hara dari tanah yang bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalamkeadaan faktor lingkungan yang baik, pemupukan dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik cair.
Menurut Hardaji (1989), pertanian organik merupakan salah satu sistem pertanian yang ramah lingkungan dengan menggunakan bahan organik dan mengusahakan keseimbangan alami antara tanah, hewan, dan mikroorganisme serta waktu tanam pun disesuaikan dengan kondisi bulan. Menurut Blake (1994), produksi sayuran yang dihasilkan oleh sistem budidaya secara organik relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan sistem budidaya secara konvensional. Hal ini disebabkan karena dalam sistem pertanian organik tidak menggunakan pupuk sintetik yang lebih tinggi kandungan haranya dan pestisida sintetik.
Menurut Winarno (2003), pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang didesain dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan produktivitas yang berkelanjutan. Pertanian organik merupakan sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk melindungi keseimbangan ekosistem alam dengan meminimalkan penggunaan bahan-bahan sintetik dan merupakan praktek bertani alternatif secara alami yang dapat memberikan hasil yang optimal. Surdayanto (2004), menyatakan bahwa pertanian organik adalah sistem usaha tani yang mengikuti prinsip-prinsip alam dalam membangun keseimbangan agroekosistem agar bermanfaat bagi tanah, air, tanaman dan seluruh makhluk hidup yang ada (termasuk hama) dan mampu menyediakan bahan-bahan yang sehat, khususnya pangan untuk kehidupan manusia.
Kegunaan budidaya organik pada dasarnya ialah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya konvensional. Strategi pertanian organik adalah memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos, dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam larutan tanah. Dengan kata lain, unsur hara didaur ulang melalui satu atau lebih tahapan bentuk senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda dengan pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dan langsung dalam bentuk larutan sehingga diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Sutanto, 2002).
Pupuk organik cair adalah larutan atau dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur.Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan unsur hara secara cepat.Di bandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin.Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang di berikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman.
Salah satu hal yang sangat mempengaruhi peningkatan produksi tanaman adalah ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman,terutama unsur nitrogen. Saat ini, produk pertanian yang dihasilkan dengan menggunakan pupuk organik lebih diminati oleh  masyarakat, karena produk tersebut lebih aman bagi kesehatan. Masyarakat lebih menginginkan produk pertanian yang baik bagi kesehatan dan sekaligus ramah lingkungan.Perbedaan kualitas hasil produksi dan harga jual yang cukup tinggi, semakin mendorong petani untuk beralih ke pertanian organik.Pertanian organik memungkinkan produksi pertanian yang lebih baik dan lebih menguntungkan (Sukamto Hadisuwito, 2011).
B.                 Perumusan Masalah
Apakah konsentrasi dan frekuensi aplikasi pupuk organik cair (POC) berpengaruh nyata untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman caisin dalam polybag.
C.                Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisin dalam polybag.
D.                Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petani, khususnya para petani budidaya tanaman caisin sebagai inovasi dan teknologi baru sehingga mampu diterapkan untuk budidaya tanaman caisin yang baik dalam meningkatkan produktivitas dan penekanan biaya produksi.
E.                 Hipotesis
Diduga bahwa konsentrasidan frekuensi aplikasi pupuk organik cair (POC) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisin dalam polybag.



II.                TINJAUAN PUSTAKA
  
A.                Biologi
1.            Sistematika Tanaman Caisin
Caisin merupakan keluarga Crusifera (brassicaceae) yang masih satu keluarga dengan kubis krop, kubis bunga, brokoli. Oleh karena itu sifat marfologinya hampir sama, terutama pada perakaran, struktur batang, bunga, maupun bijinya.Menurut Rukmana (1984), sistematika tanaman caisin adalah sebagai berikut :
Divisio                               : Spermathophyta
Kelas                                 : Angiospermae
Bangsa                              : Papavorales
Keluarga                            : Cruciferae (Brassicaceae)
Marga                                : Brassica
Jenis                                  : Brassica campestris
Di Indonesia dikenal tiga varietascaisin atau sawi yaitu: sawi putih atau sawi jabung, sawi hijau dan sawi huma. Sawi putih (B. Juncea campestris var. Rugosa Roxb. & Prain) memiliki batang pendek, tegap dan daun lebar berwarna hijau tua, tangkai daun panjang dan bersayap melengkung ke bawah.Sawi hijau memiliki ciri-ciri batang pendek, daun berwarna hijau keputih-putihan, serta rasanya agak pahit, sedangkan sawi huma memiliki ciri batang kecil panjang dan langsing, daun panjang sempit berwarna hijau keputih-putihan, serta tangkai daun panjang dan bersayap (Rukmana, 1984).
Di antara sayur-sayuran daun, caisin merupakan komoditas yang memiliki nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia.Konsumen menggunakan daun caisin baik sebagai bahan pokok maupun sebagai pelengkap masakan tradisional dan masakan Cina.Selain sebagai bahan pangan, caisin dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk.Caisin pun berfungsi sebagai penyembuh sakit kepala dan mampu bekerja sebagai pembersih darah (Rukmana, 1984).        
2.            Varietas Caisin
a.             Sawi putih
Sawi putih (Brassica rapaconvar.pekinensis, suku sawi-sawian atau Brassicaceae) dikenal sebagai sayuran olahan dalam masakan Tionghoa, karena itu disebut juga sawi cina. Disebut sawi putih karena daunnya yang cenderung kuning pucat dan tangkai daunnya putih.Sawi putih dapat dilihat penggunaannya pada asinan (diawetkan dalam cairan gula dan garam), dalam capcay, atau pada sup bening.Sawi putih beraroma khas namun netral.
b.            Sawi hijau
Varietas berdaun besar dan hidup di tanah kering dari tanaman yang sama ini rasanya agak tajam. Biasanya sawi hijau banyak dijadikan asinanuntuk konsumsi penduduk Cina.
c.             Sawi huma
Sawi adalah suatu varietas berbatang panjang dan berdaun sempit. Tanaman ini tak tahan terhadap hujan, tak mudah diserang oleh ulat.Sawi ini berbulu dan rasanya tajam.Biasanya banyak ditemukan di sawah-sawah dan hanya dimakan di pedalaman.
d.            Tosakan
Benih varietas Tosakan diproduksi oleh PT. East West Seed, Indonesia.Varietas ini dikenal sebagai sawi bakso (Ky-Late) Bangkok. Varietas ini memiliki ciri: tanaman besar, bentuk semi buka dan tegak, batang tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas, tangkai daun panjang, langsing, berwarna hijau tua dan halus, dan besar  panjang, tipis, permukaan daun dan pinggir daun rata, berwarna hijau, rasanya renyah dan tidak berserat. Pertumbuhan tanaman cepat, kuat dan seragam.Varietas ini dapat ditanam sepanjang tahun, produksinya tinggi dengan potensi produksi 400 gr per tahun, dan umur panen tanaman 25 hari setelah pindah tanam.
3.            Marfologi Tanaman Caisin
a.             Akar
Tanaman caisin mempunyai sistem perakaran akar tunggang (radix primalia) dan cabang akar bentuknya bulat panjang, menyebar kesemua arah pada kedalaman 30 cm.
b.            Batang
Batang tanaman caisin pendek dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan.Batang ini berfungsi sebagai pembentuk penopang daun (Rukmana, 1984).
c.             Daun
Pada umumnya daun lebar, memanjang, tipis dan berwarna hijau, tangkai daunnya panjang, langsing berwarna putih kehijauan (Haryanto, 1995).
d.            Bunga
Bunga caisin pada setiap kuntum terdiri 4 (empat) helai kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putik yang berongga dua.Penyebukan caisin dapat berlangsung secara alami dengan bantuan serangga (lebah) maupan dilakukan oleh manusia (Rukmana, 1984).
B.                 Budidaya
Cara bertanam caisin sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman.Sedangkan kalau menggunakan polybag, media tanam disiapkan terlebih dahulu yakni mengisi polybag dengan menggunakan tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang. Tahap selanjutnyasama dengan budidaya tanaman caisin dilahan.Caisin dapat ditanam secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain: bawang daun, wortel, bayam, kangkung darat. Penanaman benih caisin dapat secara langsung maupun tidak langsung melalui pembibitan.
1.            Syarat Tumbuh
a.             Iklim
Daerah penanaman yang cocok untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai 1200 meter dpl.Namun, biasanya tanaman ini dibudidayakan didaerah yang berketinggian 100-500 m dpl. Sebagian besar daerah-daerah di indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut (Haryanto, 2003).
Tanaman dapat melakukan fotosintesis dengan baik memerlukan energi yang cukup. Cahaya marahari merupakan sumber energi yang diperlukan tanaman untuk proses fotosintesis. Energi kinetik matahari yang optimal yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan produksi berkisarantara 350-400 cal/cm² setiap hari.Tanaman sawi memerlukan cahaya matahari tinggi (Cahyono, 2003).
Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6ÂșC dan siang harinya 21,1ÂșC serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari. Meski demikian, beberapa varietas sawi yang tahan (toleran) terhadap suhu panas, dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah yang suhunya antera 27Âș-32ÂșC (Rukmana, 1984).
Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan sawi yang optimal berkisar antara 80%-90%.Tanaman sawi tergolong tanaman yang tahan terhadap hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik.Curah hujan yang sesuai untuk membudidayakan tanaman sawi adalah 1000-1500 mm/tahaun.Akan tetapi tanaman sawi tidak tahan trhadap air yang menggenang (Cahyono, 2003).
b.             Tanah
Tanah yang cocok untuk tanaman sawi adalah tanah yang gembur, banyak mengandung humus, subur serta pembuangan airnya baik.Derajat keasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Haryanto, 2003).
Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti andosol.Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengolahan tanah secara sempurna, antara lain pengolahan yang cukup dalam, penambahan pasir dan pupuk organik dalam jumlah (dosis) tinggi (Rukmana, 1984).
Sifat biologi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik (humus) dan bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman, serta pada tanah terdapat jasad renik tanah atau organisme tanah pengurai bahan organik sehingga dengan demikian sifat biologis tanah yang baik akan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Cahyono, 2003).
2.            Penanaman
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.
3.            Pemeliharaan
a.             Penyiraman (Pengairan)
Pada fasel awal pertumbuhan, perlu penyiraman (pengairan) secara rutin 1-2 kali sehari, terutama bila keadaan tanah cepat kering dan dimusim kemarau.Penyairan selanjutnya berangsur-angsur dikurangi, tetapi keadaan tanahnya tidak boleh kekeringan. Waktu penyiraman  (pengairan) sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.
b.            Pemupukan
Pemupukan adalah setiap usaha pemberian pupuk yang bertujuan menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil tanaman.
c.             Pengendalian organisme peganggu tanaman.
Pengendalian hama dilakukan secara meluas dan apabila memang diperlukan dapat menggunakan pestisida mengingat tanaman caisin umurnya pendek dan dapat dikonsumsi daunnya. Pengendalian secara mekanis dilakukan setiap saat dan pengendalian dengan pestisida dilakukan bila ada serangan hama atau penyakit yang sudah lebih besar dari ambang toleransi.
4.            Panen
Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah. Umur panen sawi  30-35 hari setelah tanam, sebaiknya terlebih dahulu dilihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun.
5.            Pasca panen
Tanaman yang baru dipanen, ditempatkan di tempat yang teduh agar tidak cepat layu dengan cara diperciki air. Selanjutnya lakukan sortasi untuk memisahkan bagian tanaman yang tua, busuk atau sakit. Penyimpanan bisa menggunakan wadah berupa keranjang bambu, wadah plastik atau karton yang berlubang-lubang untuk menjaga sirkulasi udara  (Anonim, 2008).
C.                Aspek lain
1.            Kegunaan
Sawi  sebagai makanan dapat dimakan sebagai sayuran segar (lalapan) dan dapat dimakan bersama dengan bahan-bahan makanan lainnya dalam bentuk olahan. Kegunaan sawi putih sebagai bahan campuran dengan bahan-bahan makanan lainnya adalah bermacam-macam masakan sayuran, misalnya untuk sayur lodeh, bakmi rebus, bakmi goreng, capcay, oseng-oseng, dan lain sebagainya. Konsumen menggunakan daun caisin baik sebagai bahan pokok maupun sebagai pelengkap masakan tradisional dan masakan cina. Selain sebagai bahan pangan, caisin dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Caisin pun berfungsi sebagai penyembuh sakit kepala dan mampu bekerja sebagai pembersih darah (Haryanto et al, 2001).
2.            Nilai Gizi
Sawi sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap sehingga apabila dikonsumsi sangat baik untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Menurut data yang tertera dalam daftar komposisi makanan yang diterbitkan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan, komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam sawi dapat disajikan pada tabel berikut :
Tabel 1. Kandungan Gizi Tanaman Caisin (mg/100 g)
No
Zat Gizi
Kandungan Gizi
mg/100 g
1.
Protein
23
2.
Lemak
3
3.
Karbohidrat
40
4.
Ca
220
5.
P
38
6.
Fe
2,9
7.
Vitamin A
1.940
8.
Vitamin B
0,09
9.
Vitamin C
102













Sumber : (Anonim, 1981).

Selain memiliki kandungan vitamin dan zat gizi yang penting bagi kesehatan, sawi dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal ditenggorokan pada penderita batuk. Sawi dapat dikonsumsi bergungsi pula sebagai penyembuh sakit kepala dan juga dapat membersihkan darah (Haryanto, 2003).
Menurut Direktorat Jendral Hortikultura Departemen Pertanian (2008), produksi sawi di indonesia dari tahun 2003 hingga 2006 terus mengalami peningkatan. Produksi sawi tahun 2003, 2004, 2005, 2006 berturut-turut adalah 459,253 ton, 534,964 ton dan 590,400 ton.
D.                Pupuk dan Pemupukan
1.            Definisi dan pengertian pupuk
a.             Pupuk
Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah baik yang organik, maupun anorganik dengan maksud untuk menggantikan kehilangan unsur hara didalam tanah, dan bertujuan untuk meningkatkan produksi dalam keadaan faktor keliling atau lingkungan yang baik.
Tanaman dalam pertumbuhannya membutuhkan unsur hara yang terdapat di dalam tanah yang kemudian sering disebut sebagai unsur mikro dan makro. Biasanya untuk menambah kesuburan tanah petani sering menambah pupuk, baik pupuk organik ataupun anorganik. Diharapkan dapat menghasilkan tanaman yang subur, sehat dan produktif. Namun sering terjadi kesalahan dalam memberikan pupuk baik dosis, waktu dan jenis pupuknya. Hal ini bukan saja dapat menyebabkan kegagalan dalam upaya menyuburkan tanah akan tetapi dapat menyebabkan tanaman tidak produktif atau bahkan mati. Untuk itu perlu dimengerti tentang cara, waktu, dosis dan jenis pupuk yang diberikan secara tepat pada setiap jenis tanaman  (Mulyani, 1995).
b.            Pemupukan
Penambahan zat hara didalam tanah dilakukan dengan pemupukan sebagai daya dukung pertumbuhan tanman.Untuk mendapatkan tingkat hasil yang tinggi diperlukan hara mineral dalam jumlah yang cukup dan seimbang terutama unsur N, P, K. Pemupukan seimbang sangat penting untuk mencapai produksi yang tinggi dan juga berpengaruh terdadap kualitas dan hasil. Sebagai misalnya pemupukan yang tidak berimbang dengan akibat yang ditimbulkan adalah merangsang defisiensi unsur lain, akan kekurangan unsur K bila pemupukan unsur N dan K secara terus menerus. Untuk itu agar memperoleh nilai manfaat yang berkelanjutan tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan maka pemupukan harus dilakukan secara efektif dan efisien.
2.            Macam-macam pupuk
a.             Pupuk organik
Pupuk organik adalah jenis pupuk yang berasal dari komposisi sisa-sisa tumbuhan dan hewan (bahan organik) atau pupuk pada umumnya mempunyai susunan kimia yang terdiri atas unsur carbon C. Pupuk organik merupakan bahan penting dalam menciptakan keseburan tanah baik secara fisik, kimia maupun dari segi biologi tanah. Secara fisik pupuk organik mempunyai peranan sebagai bahan pemantap agregat tanah dan memperbaiki struktur tanah (menggemburkan tanah) yang tiada taranya, secara kimia memperbaiki kapasitas tukar kation (KTK). dalam tanah dan merupakan sumber hara tanaman dari segi biologi sumber energi dari sebagian besar organisme tanah. Dalam memainkan peran tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya.
(Rinsema, 1986).Pupuk organik mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pupuk organik, antara lain :
1)            Memperbaiki struktur tanah. Bahan organik yang diberikan diurai oleh organisme tanah sebagai perekat yang mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang lebih besar.
2)            Menaikan daya serap tanah terhadap air. Bahan orgnik mempunyai daya serap yang serap terhadap air tanah.
3)            Menaikkan kondisi kehidupan didalam tanah. Organisme dalam tanah memanfaatkan bahan organik sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.
Kelemahan pupuk organik antara lain :
1)            Kadar zat hara yang dikandung bahan organik tidak setinggi pupuk buatan sehingga dibutuhkan dalam jumlah yang banyak.
2)            Bahan organik lambat untuk terurai sehingga lambat tersedia bagi tanaman.
3)            Bahan organik dapat dijadikan inang bagi hama dan penyakit tanaman.
b.            Pupuk organik padat
Pupuk organik padat adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas dari bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan kotoran manusia yang terbentuk padat. Dari asalnya, pupuk organik padat dapat dibedakan menjadi pupuk kandang dan pupuk kompos yaitu :
1)            Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan baik berupa kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urin).Kadar hara kororan ternak berbeda-beda karena masing-masing ternak mempunyai sifat khas tersendiri. Makanan yang berbeda-beda menentukan kadar hara yang dikandunganya, jika makanan yang diberikan kaya hara N, P dan K maka kotorannyapun akan kaya dengan zat tersebut (Lingga, 2000).
Pupuk kandang disamping dapat menambah unsur hara kedalam tanah juga dapat mempertinggi humus, memperbaiki struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad renik tanah. Selanjutnya dikatakan bahwa pupuk kandang disamping mengandung unsur hara makro seperti Nitrogen, Phosphor, Kalium, Kalsium, dan Magnesium juga mengandung unsur hara mikro seperti tembaga dan jumlah kecil Mangan, Cooper dan Boron (Sarief, 1990). 
2)            Pupuk kompos
Pupuk komposadalah hasil penguraian parsial atau tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik(Hardjowigeno, 1989).
Proses pengomposan bisa berlangsung apabila bahan-bahan mentah telah dicampur secara merata, pengomposan dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu: tahap aktif, dan tahap pematangan. Pada tahap awal prosesoksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik, yang mengakibatkan suhu tumpukan kompos akan tinggi dan  pH kompos meningkat. Suhu akan meningkat menjadi 50-70 °C, dan akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang berperan aktif pada kondisi ini adalah mikroba termofilik yaitu mikroba yang aktif pada suhu yang tinggi. Pada saat terjadi proses ini, maka proses dekomposisi bahan organik juga berlangsung  (Isroi, 2007).
Kompos sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman, diantaranya yaitu :
-          Kompos memberikan nutrisi bagi tanaman
Kompos mengandung unsur hara yang lengkap baik makro maupun mikro, walaupun kandungannya dalam jumlah yang sedikit tetapi memberikan nutrisi yang lengkap untuk pertumbuhan bagian-bagian vegetatif dan generatif tanaman.
-          Kompos memperbaiki struktur tanah
Kompos merupakan perekat pada butir-butir tanah dan mampu menjadi penyeimbang tingkat kerekatan tanah. Selain itu, kehadiran kompos pada tanah menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitas pada tanah. Dengan demikian tanah yang semula keras dan sulit ditembus air dan udara, kini dapat menjadi gembur.
-          Kompos meningkatkan kapasitas tukar kation
Kapasitas tukar kation (KTK) adalah sifat kimia yang berkaitan erat dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK yang tinggi lebih mampu menyediakan unsur hara dari pada tanah dengan KTK rendah.
-          Kompos menambah kemampuan tanah untuk menahan air
Tanah yang bercampur dengan kompos mempunyai pori-pori dengan daya rekat yang lebih baik sehingga mampu mengikat serta menahan ketersediaan air di dalam tanah.

-          Kompos meningkatkan aktifitas biologi tanah
Kompos dapat membantu meningkatkan kehidupan mikroorganisme dalam tanah, selain berisi bakteri dan jamur dekomposer keberadaan kompos akan membuat tanah menjadi sejuk, kondisi ini disenangi oleh bakteri.
c.             Pupuk Organik cair
Pupuk organik cair (POC) merupakan pupuk organik yang berbahan cairan atau dari proses pembuangan sisa metabolisme oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh  melalui proses urinasi. Dengan bahan berdasar urinyang kemudian difermentasikan dengan ekstra empon-empon, naturan Aquatic dan dilengkapi dengan multivitamin.Pupuk organik cair dapat menggemburkan dan mengembalikan hara tanah, yang efektif diaplikasikan pada seglala kondisi tanah, mudah diserap melalui akarmaupun daun.Berdasarkan hasil uji laboratoriumyang sudah dilakukan, pupuk organik ini mengandung berbagai macam unsur hara baik makro maupun mikro, serta vitamin-vitamin yang dapat memacu pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Kandungan unsur hara yang ada di dalamnya antara lain unsur N, P, K, Ca, So4, Mg, Cl, Bo, Cu, Fe, Si, Mo, Zn. Secara umum pupuk organik cair bila diencerkan (10-20% POC), dengan air 80-90% akan menjadi pupuk yang baik untuk tanaman buah-buahan (Parnata S.A, 2004).
Fungsi utama pupuk organik adalah menyediakan atau menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Unsur hara tersebut kadang-kadang tersedia dalam jumlah yang sedikit, bahkan tidak tersedia sama sekali didalam tanah. Keadaan ini mungkin disebabkan kondisi tanahnya memang tidak mengandung unsur hara, pemakaian tanah terus-menurus tanpa adanya perawatan, dan pengelolaan tanah yang salah.Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisika tanah yaitu memperbaiki struktur tanah yang awalnya menjadi gembur dan menyediakan ruang dalam tanah untuk air dan udara. Pemakain pupuk organik juga sangat bermanfaat untuk mengurangi erosi permukaan tanah, pupuk organik yang menutupi permukaan tanah akan memperkuat struktur tanah dipermukaan tanah, sehingga tidak mudah terbawa air. Selain dapat memperbaiki sifat fisik tanah, pupuk organik juga bermanfaat untuk memperbaiki sifat kimia tanah.
Pupuk organik cair adalah pupuk terbentuk cairan, umumnya pekat dan cara pemberiannya kepada tanaman dengan cara penyomprotan lewat daun setelah diencerkan, atau sering pula disebut pupuk daun. Pemberian pupuk daun dimaksudkan untuk menambah pemupukan lewat tanah.
Keuntungan penggunaan pupuk lewat daun adalah pupuk langsung dapat diserap oleh tanaman, selain itu tidak terjadi persaingan dengan gulma sehingga pupuk yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara optimal.
Pupuk organik cair memiliki beberapa keunggulan antara lain:
1)            Mampu mengurangi tingkat serangan hama, karena memiliki aroma yang khas.
2)            Dapat merangsang pertumbuhan akar tanamn secara sempurna dan sehat baik dalam penanaman dilahan, stek maupun cangkok serta dapat mempercepat perkecambahan biji, dan mampu meningkatkan produksi tanaman secara keseluruhan (kualitas hasil, penampihan, warna, aroma, rasa, dan daya tahan penyimpanan), karena kelengkapan kandungan unsur hara dan elemen penyusun lainya.
3)            Mampu meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, serta gangguan lain yang diakibatkan oleh perubahaan kondisi cuaca yang kurang mengguntungkan karena kelengkapan unsur hara dan elemen penyusun lainnya.
Kebutuhan tanamanakan unsur hara selama masa pertumbuhan dan perkembangan tidak sama. Pada saat tanaman mengalami pertumbuhan yang cepat membutuhkan unsur hara yang cukup.Hal ini berarti sepanjang pertumbuhannya tanaman itu memerlukan unsur-unsur hara esesial yang cukup agar pertumbuhan berlangsung dengan baik.Begitu pula sangat pembungaan, pembuahan diperlukan unsur hara yang cukup bagi pembentukan bagian-bagian tanaman dan pengisian buah (Lingga, P, 1986).
d.            Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik atau pupuk buatan merupakan hasil indrustri atau hasil dari pabrik yang mana didalamnya mengandung unsur-unsur hara atau zat-zat makanan yang diperlukan tanaman untuk menunjang pertumbuhan dan produksinya.Pupuk anorganik tersebut pada umumnya mengandung unsur hara yang tinggi.
(Hardjowigeno, 1989)Pupuk anorganik mempunyai beberapa sifat umum antara lain: kadar unsur hara yang dikandung merupakan faktor utama makin tinggi kadar unsur haranya makin baik, sifat hidroskopisitas yaitu mudah tidaknya pupuk menyerap uap air yang ada diudar, mudah tidaknya pupuk larut dalam air sehingga cepat diambil oleh tanaman, sifat pupuk bereaksi masam, netral atau basa bagi tanah, sifat pupuk cepat atau lambat tersedia bagi tanaman.
Pupuk anorganik ini banyak jenisnya, hal ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1)            Pupuk tunggal yaitu pupuk mengandung satu jenis unsur hara. Pupuk jenis ini antara lain: pupuk yang mengandung hara utama nitrogen seperti urea, za (Zwavelzure amoniak), Amoniumnitrat. Pupuk yang mengandung hara utama fosporseperti TSP (Tripplesuperfosfat), DS (Dubblesuperfosfat). Dan pupuk yang mengandung bahan utama Kalium seperti KCL (Kaliumklorida), ZK (Zwavelzure kali).
2)            Pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah.
Contoh pupuk majemuk yaitu NP, NK, dan NPK. Pupuk majemuk yang paling banyak digunakan adalah pupuk NPK yang mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4), dan kalium klorida (KCL).
Menurut Lingga (2002), Pupuk anorganik mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pupuk anorganik antara lain :
1)            Dapat memberikan dengan takaran yang sesuai karena pupuk hara ini mengandung takaran hara yang sesuai pula.
2)            Kebutuhan hara oleh tanaman dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat.
3)            Pupuk buatan tersedia dalam jumlah yang cukup.
4)            Mudah dalam pengangkutan dibandingkan pupuk alam.
Selain mempunyai kelebihan, pupukanorganik juga mempunyai kelemahan antara lain:
1)            Pupuk buatan yang diberikan lewat akar kandungan unsur mikronya sangat sedikit.
2)            Pemakaian pupuk buatan secara terus menerus dapat merusak tanah bila tidak di imbangi pemberian pupuk alam.
3)            Penggunaan pupuk buatan melebihi takaran dapat berakibat buruk terhadap tanaman, sehinga perlu dosis tepat dalam pemakaian.
E.                 Aplikasi Pupuk Organik Cair
Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman.Berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dari pada pemberian melalui tanah.Daya larut menentukan cepat atau lambatnya unsur hara yang ada didalam tanah untuk diserap tanaman atau hilang karena tercuci.Pupuk daun yang berkualitas memiliki daya larut yang tinggi sehingga akan memudahkan dalam aplikasi pupuk, Pupuk berdaya larut tinggi memungkinkan seluruh unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun dapat sampai dan diseerap oleh permukaan daun. Pemupukan tanaman lewat daun biasanya disebut foliar feeding yaitu suatu cara pemupukan yang disemprot lewat daun diharapkan dapat lebih efisien dan efektif (Parnata S. A, 2004).


III.             METODE PENELITIAN

A.                Tempat  dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Nambongan, Desa Tlogoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. 175 m dpl, jenis tanah .Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, yakni dari bulan Maret hingga bulan Mei 2015.
B.                 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: benih caisinvarietas Tosakan (Cap Panah Merah), pupuk organik cair (Cairan Aktivator Pertumbuhan Multi Tanaman 1 L), polybag, tanah, dan pupuk kandang.
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain: cangkul, garpu, ember, gembor, timbangan, pengaris dan alat tulis lain.
C.                Rancangan Perlakuan dan Percobaan
Penelitian ini menguji pengaruh Konsentrasi dan frekuensi pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisin, didalam pengujiannya faktor konsentrasi dan frekuensi disusun dengan  Rancangan Faktorial.Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali.
1.            Faktor I adalah Konsentrasi POC terdiri atas 2 aras yaitu :
P1  =Konsentrasi (7 cc/l)
P2  =konsentrasi (10 cc/l)
2.            Faktor II adalah frekuensi terdiri atas 2 aras yaitu :
F1 = yang dianjurkan.
F2 = 6 hari sekali.                                                                                                 
Dari kedua faktor tersebut didapatkan 2 x 2 = 4 kombinasi perlakuan. Jumlah tanaman yang diperlukan dalam penelitian ini sebanyak 4 x 3 ulangan = 12sampel tanaman, ditambah 3 perlakuan control = P0. Setiap perlakuan terdapat 3 sampel tanaman dan jumlah total populasi tanaman adalah 15 x 3tanaman = 45 tanaman. Untuk masing-masing perlakuan diambil 1 polybag tanaman sampel untuk diuji.
Tabel 2. Tata Letak Penelitian.
No
Ulangan
I
Ulangan
II
Ulangan
III
1.
P0 u1
P0 u2
P0 u3
2.
P1f1 u1
P1f2 u2
P1f1 u3
3.
P1f2 u1
P1f2 u2
P1f2 u3
4.
P2f1 u1
P2f1 u2
P2f1 u3
5.
P2f2 u1
P2f2 u2
P2f2 u3
D.                Pelaksanaan Penelitian
1.            Persiapan media tanam
Lahan terlebih dahulu dibersihkan dari rerumputan, kemudian isi polybag dengan tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang. Polybag disusun menjadi 5 blok, tiap blok berisi 15 polybag dengan jarak 30 x 30 cm, jadi untuk total keseluruhan terdapat 75 polybag yang akan digunakan sebagai media tanam. Polybag yang digunakan berdiameter 15 cm.
2.            Persemaian
Pembuatan persemaian dilaksanakan 1 minggu sebelum tanam, kemudian benih yang sudah dicampur dengan pasir ditaburkan dengan merata dilahan persemain, benih yang sudah disemai ditutup dengan tanah tipis. Persemaian perlu disiram secara teratur agar dapat tumbuh dengan baik. Umur 2 (minggu) persemain telah siap pindah tanam kelahan yang telah disediakan.
3.            Penanaman
Penanaman dilakukan pada pagi hari dengan cara mencabut bibit secara hati-hati dari persemaian, lalu bibit dipindah tanam kedalam polybag. Satu polybag hanya berisi satu tanaman caisin saja.Setelah itu tanaman disiram dengan air secukupnya agar tanaman yang baru dipindah dapat beradaptasi dengan media tanam barunya, selain itu agar tanaman tidak kekurangan air yang dapat menyebabkan tanaman menjadi layu.
4.            Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi:
a.             Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati, tanaman sulaman diambil dari bibit persemaian yang masih tersisa, penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati, agar perbedaan umur tanaman tidak terlalu jauh.
b.            Pemupukan
Pemupukan dengan pupuk organik cair (POC) dilakukan pada saat tanaman berumur 4 hst dan 6 hst, sesuai dengan perlakuan.
c.             Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap satu hari sekali, yaitu pada pagi hari atau sore hari disesuaikan dengan keadaan cuaca, jika terjadi hujan maka penyiraman tidak perlu dilakukan.Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor agar tanaman tidak rusak atau roboh, apabila pada saat tanaman masih kecil.
d.            Penyiangan gulma
Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma secara hati-hati agar tidak merusak tanaman dan sekaligus menggemburkan tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
e.             Pengendalian hama
Pengendalian hama dengan cara fisik dan mekanik apabila pertumbuhan dan perkembangan hama mencapai ambang ekonomi maka dilakukan pengendalian secara kimia, pengendalian hama dilakukan untuk menjaga kualitas caisin agar tidak berlubang.
f.             Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada umur 30 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut tanaman beserta akarnya.
E.                 Variabel yang Diamati
1.            Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai pucuk daun yang paling tertinggi.Pengukuran dilakukan setiap 7 hari atau satu minggu sekali sampai minggu ke empat.
2.            Lebar daun (cm)
Pengukuran lebar daun dilakukan setiap 7 hari atau satu minggu sekali sampai minggu ke empat pada bagian tengah daun, tujuannya untuk mengetahui adanya pertumbuhan tanaman caisin yang diamati.
3.            Jumlah daun (helai)
Pengukuran jumlah daun dilakukan setiap 7 hari atau satu minggu sekali sampai minggu ke empat, jumlah daun yang dihitung yaitu daun yang sudah terbentuk sempurna.
4.            Berat segar tanaman (g)
Berat segar adalah berat tanaman beserta akar yang baru dipanen atau yang baru dicabut dari media tanam yang diukur setelah umur 30 Hst dan langsung ditimbang beratnya.
5.            Berat kering tanaman (g)
Pengukuran berat kering tanaman dengan menimbang semua bagian tanaman yang telah dikeringkan dalam oven dengan temperatur 80-85ÂșC, sampai berat konstan, pengukuran ini dilakukan pada saat tanaman umur 30 Hst.
6.            Berat segar akar (g)
Penimbangan berat segar akar yaitu dengan cara mencuci akar tanaman dengan menggunakan air hingga bersih dari sisa-sisa tanah, kemudian dikeringkan baru kemudian ditimbang beratnya.
F.                 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan Sidik Ragam pada jenjang 5%, apabila ada nyata antar perlakuan, maka analisis dilanjutkan dengan DMRT (Duncan’s Multiple Range Test).











Daftar Pustaka
                                                
Anonim.(1981). Daftar Komposis Bahan Makanan.Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
Anonim.(1993). Petunjuk Teknis Bertanam Sayuran.Yogyakarta 154 hal: AKK.
Anonim.(1989). Pupuk dan Kesuburan Tanah. Balai Informasi Pertanian Unggaran.
Arief.(1990). Holtikultura.Jakarta: Penebar Swadaya.
Cahyono.(2003). Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau.Yogyakarta 12-62 hal: Yayasan Pustaka Nusatama.
Hakim.(1986). Dasar-dasar Ilmu Tanah.Lampung: Universitas Lampung.
Hardjowigeno.(1989). Ilmu Tanah.Jakarta: PT. Mediyatama Sarana Perkara.
Haryanto et al. (2001).Sawi dan Selada.Jakarta 117 p: Penebar Swadaya.
Haryanto.(1995). Sawi dan Selada.Jakarta. 177 hal: Penerbit Swadaya.
Haryanto.(2003). Sawi dan Selada.Jakarta 5-26 hal: Edisi Revisi Penebar Swadaya.
Lingga.(2000). Petunjuk Penggunaan Pupuk.Jakarta 92 hal: Penerbit Swadaya.
Lingga, P. (1986). Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mulyani.(1995). Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rieneka Cipta.
Pernata S.A. (2004). Pupuk Organik Cair: Aplikasi dan Manfaatnya. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Rinsema.(1986). Pupuk dan Cara Pemupukan.Jakarta: Bharata Karya Aksara.
Rukmana.(1984). Budidaya Tanaman Sawi.Jakarta: Penerbit Swadaya.
Rukmana.(1984). Budidaya Tanaman Sawi.Jakarta 160 hal: Penerbit Swadaya.
Sarief.(1990). Kesuburan dan Pemepukan Tanah Pertanian. Bandung 182 hal: Pustaka Buana.
Sukamto Hadisuwito. (2011). Pupuk Kompos Cair.Jakarta Selatan 50 hal: PT Agro Media Pustaka.
Sutejo.(1999). Pupuk dan Cara Pemupukan.Jakarta. 120 hal: Bina Aksara.






No comments:

Post a Comment