Pengaruh Konsentrasi
dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Caisin (Brassica campestris var)
SKRIPSI
Oleh:
SUPARMAN
20100122068
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN
(INTAN) YOGYAKARTA
2015
RENCANA PENELITIAN
Pengaruh Konsentrasi
dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Caisin (Brassica campestris var)
Usulan Proposal
Skripsi S-1
Program Studi
Agroteknologi
Diajukan oleh :
SUPARMAN
20100122068
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN
(INTAN) YOGYAKARTA
2015
Pengaruh Konsentrasi
dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Organik Cair (POC) terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Caisin (Brassica campestris var)
Usulan Proposal Skripsi S-1
Diajukan oleh :
SUPARMAN
20100122068
Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing
Pada tanggal, Maret 2015
DosenPembimbingI Dosen PembimbingII
(Dra. F. Woro Rismayatun,
M.Pd.Si.) (Ir.
Noordiana Herry Purwanti, M.P.)
Mengetahui
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian (INTAN) Yogyakarta
Dekan
(Ir. DyanYosephMardani,M.Si.)
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Caisin (Brassica
campestris) merupakan tanaman sayuran dengan iklim sub-tropis, namun mampu
beradaptasi dengan baik pada iklim tropis. Sawi pada umumnya banyak ditanam
dataran rendah, namun dapat pula didataran inggi.Sawi tergolong tanaman yang
toleran terhadap suhu tinggi (panas).Saat ini kebutuhan akan sawi semakin lama
semakin meningkat seiringdengan peningkatan populasi manusia dan manfaat
mengkonsumsi bagi kesehatan. Caisin mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah
kubis crop, kubis bunga dan brokoli(Rukmana, 1984).
Sebagai sayuran, caisin atau dikenal dengan sawi hijau mengandungberbagai
khasiat bagi kesehatan. Kandungan yang terdapat pada caisin adalah protein,
lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Manfaat
caisin atau sawi bakso sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di
tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala, bahan pembersih
darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Daun caisinberkhasiat sebagai obat batuk, obat nyeri padatenggorokan
dan peluruh air susu, bijinya berkhasiat sebagai obat sakit kepala(Haryanto, 1995).
Pengembangan budidaya caisin mempunyai prospek yang bagus untuk
mendukung upaya peningkatan pendapatan petani, peningkatan gizi masyarakat, dan
pengembangan agribisnis. Kelayakan pengembangan budidaya caisin ini antara lain
ditunjukkan adanya keunggulan komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia yang
sangat cocok untuk komoditas tersebut. Selain umur caisin relatif pendek
sehingga dapat memberikan keuntungan yang memadai (Rukmana, 1984).
Berdasarkan
data dari Biro Pusat Statistik tentang surveiproduk Tanaman Sayuran di
Indonesia tahun 2013, luas panen tanaman caisin mencapai 59,426 ha dan
produksinya sekitar 600,949 ton dari produksi tanaman sayuran nasional. Dari
data tersebut produksi per hektar rata-rata adalah 10,11 ton berat sayuran. Hal
ini menunjukan bahwa masih perlu adanya peningkatan produksi sayuran dengan
melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas dan kuatitas sehingga dapat
meningkatkan pendapatan petani.
Beberapa usaha yang dilakukan untuk dapat
meningkatkan hasil caisin yaitu dengan sistem pemeliharaan yang baik meliputi
penyiraman yang teratur sesuai kebutuhan, pemupukan, penyiangan/pendangiran,
pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pemberian unsur hara yang cukup adalah
salah satu faktor yang penting untuk pertumbuhan tanaman. Menurut Sutejo
(1999), fungsi dari pemupukan adalah untuk menganti kehilangan unsur hara dari
tanah yang bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalamkeadaan faktor lingkungan yang baik, pemupukan
dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik cair.
Menurut Hardaji (1989), pertanian organik
merupakan salah satu sistem pertanian yang ramah lingkungan dengan menggunakan
bahan organik dan mengusahakan keseimbangan alami antara tanah, hewan, dan
mikroorganisme serta waktu tanam pun disesuaikan dengan kondisi bulan. Menurut
Blake (1994), produksi sayuran yang dihasilkan oleh sistem budidaya secara
organik relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan sistem budidaya secara
konvensional. Hal ini disebabkan karena dalam sistem pertanian organik tidak
menggunakan pupuk sintetik yang lebih tinggi kandungan haranya dan pestisida
sintetik.
Menurut Winarno (2003), pertanian organik
merupakan suatu sistem pertanian yang didesain dan dikelola sedemikian rupa
sehingga mampu menciptakan produktivitas yang berkelanjutan. Pertanian organik
merupakan sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk
melindungi keseimbangan ekosistem alam dengan meminimalkan penggunaan
bahan-bahan sintetik dan merupakan praktek bertani alternatif secara alami yang
dapat memberikan hasil yang optimal. Surdayanto (2004), menyatakan bahwa
pertanian organik adalah sistem usaha tani yang mengikuti prinsip-prinsip alam dalam
membangun keseimbangan agroekosistem agar bermanfaat bagi tanah, air, tanaman
dan seluruh makhluk hidup yang ada (termasuk hama) dan mampu menyediakan
bahan-bahan yang sehat, khususnya pangan untuk kehidupan manusia.
Kegunaan budidaya organik pada dasarnya ialah
meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh
budidaya konvensional. Strategi pertanian organik adalah memindahkan hara
secepatnya dari sisa tanaman, kompos, dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah
yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam
larutan tanah. Dengan kata lain, unsur hara didaur ulang melalui satu atau
lebih tahapan bentuk senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda
dengan pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dan
langsung dalam bentuk larutan sehingga diserap dengan takaran dan waktu
pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Sutanto, 2002).
Pupuk organik cair adalah larutan atau dari
hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran
hewan dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur.Kelebihan
dari pupuk organik ini adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara,
tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan unsur hara secara
cepat.Di bandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya
tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin.Selain itu,
pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang di berikan
ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman.
Salah satu hal yang sangat mempengaruhi
peningkatan produksi tanaman adalah ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman,terutama unsur nitrogen. Saat ini, produk pertanian yang dihasilkan
dengan menggunakan pupuk organik lebih diminati oleh masyarakat, karena produk tersebut lebih aman
bagi kesehatan. Masyarakat lebih menginginkan produk pertanian yang baik bagi
kesehatan dan sekaligus ramah lingkungan.Perbedaan kualitas hasil produksi dan
harga jual yang cukup tinggi, semakin mendorong petani untuk beralih ke
pertanian organik.Pertanian organik memungkinkan produksi pertanian yang lebih
baik dan lebih menguntungkan (Sukamto Hadisuwito, 2011).
B.
Perumusan Masalah
Apakah konsentrasi dan frekuensi aplikasi pupuk organik cair
(POC) berpengaruh nyata untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman caisin dalam polybag.
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi pupuk organik cair
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisin dalam polybag.
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petani,
khususnya para petani budidaya tanaman caisin sebagai inovasi dan teknologi
baru sehingga mampu diterapkan untuk budidaya tanaman caisin yang baik dalam meningkatkan
produktivitas dan penekanan biaya produksi.
E.
Hipotesis
Diduga
bahwa konsentrasidan frekuensi aplikasi pupuk organik cair (POC) berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisin dalam polybag.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Biologi
1.
Sistematika Tanaman Caisin
Caisin merupakan keluarga Crusifera (brassicaceae) yang masih satu
keluarga dengan kubis krop, kubis bunga, brokoli. Oleh karena itu sifat
marfologinya hampir sama, terutama
pada perakaran, struktur batang, bunga, maupun bijinya.Menurut Rukmana (1984),
sistematika tanaman caisin adalah sebagai berikut :
Divisio : Spermathophyta
Kelas : Angiospermae
Bangsa : Papavorales
Keluarga : Cruciferae (Brassicaceae)
Marga : Brassica
Jenis : Brassica campestris
Di Indonesia dikenal tiga varietascaisin
atau sawi yaitu: sawi putih atau sawi jabung, sawi hijau dan sawi huma. Sawi
putih (B. Juncea campestris
var. Rugosa Roxb. & Prain) memiliki batang pendek,
tegap dan daun lebar berwarna hijau tua, tangkai daun panjang dan bersayap
melengkung ke bawah.Sawi hijau memiliki ciri-ciri batang pendek, daun berwarna
hijau keputih-putihan, serta rasanya agak pahit, sedangkan sawi huma memiliki
ciri batang kecil panjang dan langsing, daun panjang sempit berwarna hijau
keputih-putihan, serta tangkai daun panjang dan bersayap (Rukmana, 1984).
Di antara sayur-sayuran daun, caisin
merupakan komoditas yang memiliki nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia.Konsumen
menggunakan daun caisin baik sebagai bahan pokok maupun sebagai pelengkap
masakan tradisional dan masakan Cina.Selain sebagai bahan pangan, caisin
dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita
batuk.Caisin pun berfungsi sebagai penyembuh sakit kepala dan mampu bekerja
sebagai pembersih darah (Rukmana, 1984).
2.
Varietas Caisin
a.
Sawi
putih
Sawi
putih (Brassica rapaconvar.pekinensis, suku sawi-sawian atau Brassicaceae) dikenal sebagai sayuran olahan dalam masakan Tionghoa, karena
itu disebut juga sawi cina. Disebut sawi putih karena daunnya yang cenderung
kuning pucat dan tangkai daunnya putih.Sawi putih dapat dilihat penggunaannya
pada asinan (diawetkan dalam cairan gula dan
garam), dalam capcay, atau pada sup bening.Sawi putih beraroma khas namun
netral.
b.
Sawi hijau
Varietas
berdaun besar dan hidup di tanah kering dari tanaman yang sama ini rasanya agak
tajam. Biasanya sawi hijau banyak dijadikan asinanuntuk
konsumsi penduduk Cina.
c.
Sawi huma
Sawi
adalah suatu varietas berbatang panjang dan berdaun sempit. Tanaman ini tak
tahan terhadap hujan, tak mudah diserang oleh ulat.Sawi ini berbulu dan rasanya tajam.Biasanya banyak ditemukan di sawah-sawah dan hanya
dimakan di pedalaman.
d.
Tosakan
Benih varietas
Tosakan diproduksi oleh PT. East West Seed, Indonesia.Varietas ini dikenal sebagai sawi bakso (Ky-Late) Bangkok.
Varietas ini memiliki ciri: tanaman besar, bentuk semi buka dan tegak, batang
tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas, tangkai daun panjang, langsing,
berwarna hijau tua dan halus, dan besar
panjang, tipis, permukaan daun dan pinggir daun rata, berwarna hijau,
rasanya renyah dan tidak berserat. Pertumbuhan tanaman cepat, kuat dan
seragam.Varietas ini dapat ditanam sepanjang tahun, produksinya tinggi dengan
potensi produksi 400 gr per tahun, dan umur panen tanaman 25 hari setelah
pindah tanam.
3.
Marfologi Tanaman Caisin
a.
Akar
Tanaman caisin mempunyai
sistem perakaran akar tunggang (radix primalia) dan cabang akar bentuknya bulat
panjang, menyebar kesemua arah pada kedalaman 30 cm.
b.
Batang
Batang tanaman caisin pendek dan beruas-ruas sehingga hampir tidak
kelihatan.Batang ini berfungsi sebagai pembentuk penopang daun (Rukmana, 1984).
c.
Daun
Pada umumnya daun lebar, memanjang, tipis dan berwarna hijau, tangkai
daunnya panjang, langsing berwarna putih kehijauan (Haryanto, 1995).
d.
Bunga
Bunga caisin pada setiap kuntum terdiri 4 (empat) helai kelopak, empat
helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan
satu buah putik yang berongga dua.Penyebukan caisin dapat berlangsung secara
alami dengan bantuan serangga (lebah) maupan dilakukan oleh manusia (Rukmana, 1984).
B.
Budidaya
Cara bertanam caisin
sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada umumnya. Budidaya
konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik
penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman.Sedangkan
kalau menggunakan polybag, media tanam disiapkan terlebih dahulu yakni mengisi
polybag dengan menggunakan tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang.
Tahap selanjutnyasama dengan budidaya tanaman caisin dilahan.Caisin dapat
ditanam secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat
ditumpangsarikan antara lain: bawang daun, wortel, bayam, kangkung darat.
Penanaman benih caisin dapat secara langsung maupun tidak langsung melalui
pembibitan.
1.
Syarat Tumbuh
a.
Iklim
Daerah
penanaman yang cocok untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah mulai dari
ketinggian 5 meter sampai 1200 meter dpl.Namun, biasanya tanaman ini
dibudidayakan didaerah yang berketinggian 100-500 m dpl. Sebagian besar
daerah-daerah di indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut (Haryanto, 2003).
Tanaman
dapat melakukan fotosintesis dengan baik memerlukan energi yang cukup. Cahaya
marahari merupakan sumber energi yang diperlukan tanaman untuk proses
fotosintesis. Energi kinetik matahari yang optimal yang diperlukan tanaman
untuk pertumbuhan dan produksi berkisarantara 350-400 cal/cm² setiap hari.Tanaman
sawi memerlukan cahaya matahari tinggi (Cahyono, 2003).
Kondisi
iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang
mempunyai suhu malam hari 15,6ÂșC dan siang harinya 21,1ÂșC serta penyinaran matahari
antara 10-13 jam per hari. Meski demikian, beberapa varietas sawi yang tahan
(toleran) terhadap suhu panas, dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di
daerah yang suhunya antera 27Âș-32ÂșC (Rukmana, 1984).
Kelembaban
udara yang sesuai untuk pertumbuhan sawi yang optimal berkisar antara
80%-90%.Tanaman sawi tergolong tanaman yang tahan terhadap hujan, sehingga
penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik.Curah hujan
yang sesuai untuk membudidayakan tanaman sawi adalah 1000-1500 mm/tahaun.Akan
tetapi tanaman sawi tidak tahan trhadap air yang menggenang (Cahyono, 2003).
b.
Tanah
Tanah
yang cocok untuk tanaman sawi adalah tanah yang gembur, banyak mengandung
humus, subur serta pembuangan airnya baik.Derajat keasaman (pH) tanah yang
optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Haryanto, 2003).
Sawi
dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah jenis tanah
lempung berpasir seperti andosol.Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu
pengolahan tanah secara sempurna, antara lain pengolahan yang cukup dalam,
penambahan pasir dan pupuk organik dalam jumlah (dosis) tinggi (Rukmana, 1984).
Sifat
biologi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah tanah yang banyak
mengandung bahan organik (humus) dan bermacam-macam unsur hara yang berguna
untuk pertumbuhan tanaman, serta pada tanah terdapat jasad renik tanah atau
organisme tanah pengurai bahan organik sehingga dengan demikian sifat biologis
tanah yang baik akan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Cahyono, 2003).
2.
Penanaman
Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai
dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng
30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan
pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75
kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm.
Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang
dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.
3.
Pemeliharaan
a.
Penyiraman (Pengairan)
Pada fasel awal pertumbuhan, perlu
penyiraman (pengairan) secara rutin 1-2 kali sehari, terutama bila keadaan
tanah cepat kering dan dimusim kemarau.Penyairan selanjutnya berangsur-angsur dikurangi, tetapi
keadaan tanahnya tidak boleh kekeringan. Waktu
penyiraman (pengairan) sebaiknya dilakukan
pada pagi atau sore hari.
b.
Pemupukan
Pemupukan adalah
setiap usaha pemberian pupuk yang bertujuan menambah persediaan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil tanaman.
c.
Pengendalian organisme peganggu tanaman.
Pengendalian hama dilakukan secara meluas dan apabila memang
diperlukan dapat menggunakan pestisida mengingat tanaman caisin umurnya pendek
dan dapat dikonsumsi daunnya. Pengendalian secara mekanis dilakukan setiap saat
dan pengendalian dengan pestisida dilakukan bila ada serangan hama atau
penyakit yang sudah lebih besar dari ambang toleransi.
4.
Panen
Cara
panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan
memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah. Umur panen sawi 30-35 hari setelah tanam, sebaiknya terlebih
dahulu dilihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun.
5.
Pasca panen
Tanaman
yang baru dipanen, ditempatkan di tempat yang teduh agar tidak cepat layu
dengan cara diperciki air. Selanjutnya lakukan sortasi untuk memisahkan bagian
tanaman yang tua, busuk atau sakit. Penyimpanan bisa menggunakan wadah berupa
keranjang bambu, wadah plastik atau karton yang berlubang-lubang untuk menjaga
sirkulasi udara (Anonim, 2008).
C.
Aspek lain
1.
Kegunaan
Sawi sebagai
makanan dapat dimakan sebagai sayuran segar (lalapan) dan dapat dimakan bersama
dengan bahan-bahan makanan lainnya dalam bentuk olahan. Kegunaan sawi putih
sebagai bahan campuran dengan bahan-bahan makanan lainnya adalah bermacam-macam masakan sayuran,
misalnya untuk sayur lodeh, bakmi rebus, bakmi goreng, capcay, oseng-oseng, dan
lain sebagainya. Konsumen
menggunakan daun caisin baik sebagai bahan pokok maupun sebagai pelengkap
masakan tradisional dan masakan cina. Selain sebagai bahan pangan, caisin
dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk.
Caisin pun berfungsi sebagai penyembuh sakit kepala dan mampu bekerja sebagai
pembersih darah (Haryanto et al, 2001).
2.
Nilai Gizi
Sawi
sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap
sehingga apabila dikonsumsi sangat baik untuk mempertahankan kesehatan tubuh.
Menurut data yang tertera dalam daftar komposisi makanan yang diterbitkan oleh
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan, komposisi zat-zat makanan yang terkandung
dalam sawi dapat disajikan pada tabel berikut :
Tabel 1. Kandungan Gizi Tanaman Caisin (mg/100
g)
No
|
Zat Gizi
|
Kandungan Gizi
mg/100 g
|
1.
|
Protein
|
23
|
2.
|
Lemak
|
3
|
3.
|
Karbohidrat
|
40
|
4.
|
Ca
|
220
|
5.
|
P
|
38
|
6.
|
Fe
|
2,9
|
7.
|
Vitamin A
|
1.940
|
8.
|
Vitamin B
|
0,09
|
9.
|
Vitamin C
|
102
|
Sumber : (Anonim, 1981).
Selain
memiliki kandungan vitamin dan zat gizi yang penting bagi kesehatan, sawi
dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal ditenggorokan pada penderita batuk.
Sawi dapat dikonsumsi bergungsi pula sebagai penyembuh sakit kepala dan juga
dapat membersihkan darah (Haryanto, 2003).
Menurut
Direktorat Jendral Hortikultura Departemen Pertanian (2008), produksi sawi di
indonesia dari tahun 2003 hingga 2006 terus mengalami peningkatan. Produksi
sawi tahun 2003, 2004, 2005, 2006 berturut-turut adalah 459,253 ton, 534,964
ton dan 590,400 ton.
D.
Pupuk dan Pemupukan
1.
Definisi
dan pengertian pupuk
a.
Pupuk
Pupuk
adalah bahan yang diberikan kedalam tanah baik yang organik, maupun anorganik
dengan maksud untuk menggantikan kehilangan unsur hara didalam tanah, dan
bertujuan untuk meningkatkan produksi dalam keadaan faktor keliling atau
lingkungan yang baik.
Tanaman
dalam pertumbuhannya membutuhkan unsur hara yang terdapat di dalam tanah yang
kemudian sering disebut sebagai unsur mikro dan makro. Biasanya untuk menambah
kesuburan tanah petani sering menambah pupuk, baik pupuk organik ataupun
anorganik. Diharapkan dapat menghasilkan tanaman yang subur, sehat dan
produktif. Namun sering terjadi kesalahan dalam memberikan pupuk baik dosis,
waktu dan jenis pupuknya. Hal ini bukan saja dapat menyebabkan kegagalan dalam
upaya menyuburkan tanah akan tetapi dapat menyebabkan tanaman tidak produktif
atau bahkan mati. Untuk itu perlu dimengerti tentang cara, waktu, dosis dan
jenis pupuk yang diberikan secara tepat pada setiap jenis tanaman (Mulyani,
1995).
b.
Pemupukan
Penambahan
zat hara didalam tanah dilakukan dengan pemupukan sebagai daya dukung
pertumbuhan tanman.Untuk mendapatkan tingkat hasil yang tinggi diperlukan hara
mineral dalam jumlah yang cukup dan seimbang terutama unsur N, P, K. Pemupukan
seimbang sangat penting untuk mencapai produksi yang tinggi dan juga
berpengaruh terdadap kualitas dan hasil. Sebagai misalnya pemupukan yang tidak
berimbang dengan akibat yang ditimbulkan adalah merangsang defisiensi unsur
lain, akan kekurangan unsur K bila pemupukan unsur N dan K secara terus
menerus. Untuk itu agar memperoleh nilai manfaat yang berkelanjutan tanpa
menimbulkan kerusakan lingkungan maka pemupukan harus dilakukan secara efektif
dan efisien.
2.
Macam-macam
pupuk
a.
Pupuk
organik
Pupuk organik adalah jenis pupuk yang berasal
dari komposisi sisa-sisa tumbuhan dan hewan (bahan organik) atau pupuk pada
umumnya mempunyai susunan kimia yang terdiri atas unsur carbon C. Pupuk organik
merupakan bahan penting dalam menciptakan keseburan tanah baik secara fisik,
kimia maupun dari segi biologi tanah. Secara fisik pupuk organik mempunyai
peranan sebagai bahan pemantap agregat tanah dan memperbaiki struktur tanah
(menggemburkan tanah) yang tiada taranya, secara kimia memperbaiki kapasitas
tukar kation (KTK). dalam tanah dan merupakan
sumber hara tanaman dari segi biologi sumber energi dari sebagian besar
organisme tanah. Dalam memainkan peran tersebut bahan organik sangat ditentukan
oleh sumber dan susunannya.
(Rinsema, 1986).Pupuk organik mempunyai kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan pupuk organik, antara lain :
1)
Memperbaiki
struktur tanah. Bahan organik yang diberikan diurai oleh organisme tanah
sebagai perekat yang mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang lebih
besar.
2)
Menaikan
daya serap tanah terhadap air. Bahan orgnik mempunyai daya serap yang serap
terhadap air tanah.
3)
Menaikkan
kondisi kehidupan didalam tanah. Organisme dalam tanah memanfaatkan bahan
organik sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.
Kelemahan
pupuk organik antara lain :
1)
Kadar
zat hara yang dikandung bahan organik tidak setinggi pupuk buatan sehingga
dibutuhkan dalam jumlah yang banyak.
2)
Bahan
organik lambat untuk terurai sehingga lambat tersedia bagi tanaman.
3)
Bahan
organik dapat dijadikan inang bagi hama dan penyakit tanaman.
b.
Pupuk organik padat
Pupuk organik padat adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya
terdiri atas dari bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan
dan kotoran manusia yang terbentuk padat. Dari asalnya, pupuk organik padat
dapat dibedakan menjadi pupuk kandang dan pupuk kompos yaitu :
1)
Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan baik berupa
kotoran padat (faeces) yang bercampur sisa makanan maupun air kencing (urin).Kadar
hara kororan ternak berbeda-beda karena masing-masing ternak mempunyai sifat
khas tersendiri. Makanan yang berbeda-beda menentukan kadar hara yang
dikandunganya, jika makanan yang diberikan kaya hara N, P dan K maka kotorannyapun
akan kaya dengan zat tersebut (Lingga, 2000).
Pupuk kandang disamping dapat menambah unsur hara kedalam tanah juga
dapat mempertinggi humus, memperbaiki struktur tanah dan mendorong kehidupan
jasad renik tanah. Selanjutnya dikatakan bahwa pupuk kandang disamping
mengandung unsur hara makro seperti Nitrogen, Phosphor, Kalium, Kalsium, dan
Magnesium juga mengandung unsur hara mikro seperti tembaga dan jumlah kecil
Mangan, Cooper dan Boron (Sarief, 1990).
2)
Pupuk kompos
Pupuk komposadalah hasil penguraian parsial atau
tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara
artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik(Hardjowigeno, 1989).
Proses pengomposan bisa berlangsung apabila bahan-bahan mentah telah
dicampur secara merata, pengomposan dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu: tahap
aktif, dan tahap pematangan. Pada tahap awal prosesoksigen dan senyawa-senyawa
yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik, yang
mengakibatkan suhu tumpukan kompos akan tinggi dan pH kompos meningkat. Suhu
akan meningkat menjadi 50-70 °C, dan akan tetap tinggi selama waktu tertentu.
Mikroba yang berperan aktif pada kondisi ini adalah mikroba termofilik yaitu
mikroba yang aktif pada suhu yang tinggi. Pada saat terjadi proses ini, maka
proses dekomposisi bahan organik juga berlangsung (Isroi, 2007).
Kompos sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman, diantaranya
yaitu :
-
Kompos
memberikan nutrisi bagi tanaman
Kompos mengandung unsur hara yang lengkap baik
makro maupun mikro, walaupun kandungannya dalam jumlah yang sedikit tetapi
memberikan nutrisi yang lengkap untuk pertumbuhan bagian-bagian vegetatif dan
generatif tanaman.
-
Kompos
memperbaiki struktur tanah
Kompos merupakan perekat pada butir-butir
tanah dan mampu menjadi penyeimbang tingkat kerekatan tanah. Selain itu,
kehadiran kompos pada tanah menjadi daya tarik bagi mikroorganisme untuk
melakukan aktivitas pada tanah. Dengan demikian tanah yang semula keras dan
sulit ditembus air dan udara, kini dapat menjadi gembur.
-
Kompos
meningkatkan kapasitas tukar kation
Kapasitas tukar kation (KTK) adalah sifat
kimia yang berkaitan erat dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK yang tinggi
lebih mampu menyediakan unsur hara dari pada tanah dengan KTK rendah.
-
Kompos
menambah kemampuan tanah untuk menahan air
Tanah yang bercampur dengan kompos mempunyai
pori-pori dengan daya rekat yang lebih baik sehingga mampu mengikat serta
menahan ketersediaan air di dalam tanah.
-
Kompos
meningkatkan aktifitas biologi tanah
Kompos dapat membantu meningkatkan kehidupan
mikroorganisme dalam tanah, selain berisi bakteri dan jamur dekomposer
keberadaan kompos akan membuat tanah menjadi sejuk, kondisi ini disenangi oleh
bakteri.
c.
Pupuk
Organik cair
Pupuk organik cair (POC) merupakan pupuk
organik yang berbahan cairan atau dari proses pembuangan sisa metabolisme oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Dengan bahan berdasar
urinyang kemudian difermentasikan dengan ekstra empon-empon, naturan Aquatic
dan dilengkapi dengan multivitamin.Pupuk organik cair dapat menggemburkan dan
mengembalikan hara tanah, yang efektif diaplikasikan pada seglala kondisi
tanah, mudah diserap melalui akarmaupun daun.Berdasarkan hasil uji
laboratoriumyang sudah dilakukan, pupuk organik ini mengandung berbagai macam
unsur hara baik makro maupun mikro, serta vitamin-vitamin yang dapat memacu
pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Kandungan unsur hara yang ada di
dalamnya antara lain unsur N, P, K, Ca, So4, Mg, Cl, Bo, Cu, Fe, Si, Mo, Zn.
Secara umum pupuk organik cair bila diencerkan (10-20% POC), dengan air 80-90%
akan menjadi pupuk yang baik untuk tanaman buah-buahan (Parnata S.A, 2004).
Fungsi utama pupuk organik adalah menyediakan
atau menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Unsur hara tersebut
kadang-kadang tersedia dalam jumlah yang sedikit, bahkan tidak tersedia sama
sekali didalam tanah. Keadaan ini mungkin disebabkan kondisi tanahnya memang
tidak mengandung unsur hara, pemakaian tanah terus-menurus tanpa adanya
perawatan, dan pengelolaan tanah yang salah.Pemberian pupuk organik dapat
memperbaiki sifat fisika tanah yaitu memperbaiki struktur tanah yang awalnya
menjadi gembur dan menyediakan ruang dalam tanah untuk air dan udara. Pemakain
pupuk organik juga sangat bermanfaat untuk mengurangi erosi permukaan tanah,
pupuk organik yang menutupi permukaan tanah akan memperkuat struktur tanah
dipermukaan tanah, sehingga tidak mudah terbawa air. Selain dapat memperbaiki
sifat fisik tanah, pupuk organik juga bermanfaat untuk memperbaiki sifat kimia
tanah.
Pupuk organik cair adalah pupuk terbentuk
cairan, umumnya pekat dan cara pemberiannya kepada tanaman dengan cara
penyomprotan lewat daun setelah diencerkan, atau sering pula disebut pupuk
daun. Pemberian pupuk daun dimaksudkan untuk menambah pemupukan lewat tanah.
Keuntungan penggunaan pupuk lewat daun adalah
pupuk langsung dapat diserap oleh tanaman, selain itu tidak terjadi persaingan
dengan gulma sehingga pupuk yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh tanaman
secara optimal.
Pupuk organik cair memiliki beberapa keunggulan antara lain:
1)
Mampu mengurangi tingkat serangan hama, karena memiliki aroma yang
khas.
2)
Dapat merangsang pertumbuhan akar tanamn secara sempurna dan sehat
baik dalam penanaman dilahan, stek maupun cangkok serta dapat mempercepat
perkecambahan biji, dan mampu meningkatkan produksi tanaman secara keseluruhan
(kualitas hasil, penampihan, warna, aroma, rasa, dan daya tahan penyimpanan),
karena kelengkapan kandungan unsur hara dan elemen penyusun lainya.
3)
Mampu meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan
penyakit, serta gangguan lain yang diakibatkan oleh perubahaan kondisi cuaca
yang kurang mengguntungkan karena kelengkapan unsur hara dan elemen penyusun
lainnya.
Kebutuhan
tanamanakan unsur hara selama masa pertumbuhan dan perkembangan tidak sama.
Pada saat tanaman mengalami pertumbuhan yang cepat membutuhkan unsur hara yang
cukup.Hal ini berarti sepanjang pertumbuhannya tanaman itu memerlukan
unsur-unsur hara esesial yang cukup agar pertumbuhan berlangsung dengan
baik.Begitu pula sangat pembungaan, pembuahan diperlukan unsur hara yang cukup
bagi pembentukan bagian-bagian tanaman dan pengisian buah (Lingga, P, 1986).
d.
Pupuk
Anorganik
Pupuk
anorganik atau pupuk buatan merupakan hasil indrustri atau hasil dari pabrik
yang mana didalamnya mengandung unsur-unsur hara atau zat-zat makanan yang
diperlukan tanaman untuk menunjang pertumbuhan dan produksinya.Pupuk anorganik
tersebut pada umumnya mengandung unsur hara yang tinggi.
(Hardjowigeno,
1989)Pupuk
anorganik mempunyai beberapa sifat umum antara lain: kadar unsur hara yang
dikandung merupakan faktor utama makin tinggi kadar unsur haranya makin baik,
sifat hidroskopisitas yaitu mudah tidaknya pupuk menyerap uap air yang ada
diudar, mudah tidaknya pupuk larut dalam air sehingga cepat diambil oleh tanaman,
sifat pupuk bereaksi masam, netral atau basa bagi tanah, sifat pupuk cepat atau
lambat tersedia bagi tanaman.
Pupuk
anorganik ini banyak jenisnya, hal ini dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1)
Pupuk tunggal yaitu pupuk mengandung satu jenis unsur hara.
Pupuk jenis ini antara lain: pupuk yang mengandung hara utama nitrogen seperti
urea, za (Zwavelzure amoniak), Amoniumnitrat. Pupuk yang mengandung hara utama
fosporseperti TSP (Tripplesuperfosfat), DS (Dubblesuperfosfat). Dan pupuk yang
mengandung bahan utama Kalium seperti KCL (Kaliumklorida), ZK (Zwavelzure
kali).
2)
Pupuk majemuk yaitu pupuk yang mengandung lebih dari satu
unsur hara yang digunakan untuk menambah kesuburan tanah.
Contoh
pupuk majemuk yaitu NP, NK, dan NPK. Pupuk majemuk yang paling banyak digunakan
adalah pupuk NPK yang mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium
dihidrogen fosfat (NH4H2PO4), dan kalium klorida (KCL).
Menurut
Lingga (2002), Pupuk anorganik mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan pupuk anorganik antara lain :
1)
Dapat memberikan dengan takaran yang sesuai karena pupuk
hara ini mengandung takaran hara yang sesuai pula.
2)
Kebutuhan hara oleh tanaman dapat dipenuhi dengan
perbandingan yang tepat.
3)
Pupuk buatan tersedia dalam jumlah yang cukup.
4)
Mudah dalam pengangkutan dibandingkan pupuk alam.
Selain mempunyai kelebihan, pupukanorganik
juga mempunyai kelemahan antara lain:
1)
Pupuk
buatan yang diberikan lewat akar kandungan unsur mikronya sangat sedikit.
2)
Pemakaian
pupuk buatan secara terus menerus dapat merusak tanah bila tidak di imbangi
pemberian pupuk alam.
3)
Penggunaan
pupuk buatan melebihi takaran dapat berakibat buruk terhadap tanaman, sehinga
perlu dosis tepat dalam pemakaian.
E.
Aplikasi Pupuk Organik Cair
Pemberian
pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang
diaplikasikan terhadap tanaman.Berdasarkan beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan
pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dari pada pemberian melalui
tanah.Daya larut menentukan cepat atau lambatnya unsur hara yang ada didalam tanah
untuk diserap tanaman atau hilang karena tercuci.Pupuk daun yang berkualitas
memiliki daya larut yang tinggi sehingga akan memudahkan dalam aplikasi pupuk,
Pupuk berdaya larut tinggi memungkinkan seluruh unsur hara yang dikandung oleh
pupuk daun dapat sampai dan diseerap oleh permukaan daun. Pemupukan tanaman
lewat daun biasanya disebut foliar feeding yaitu suatu cara pemupukan yang
disemprot lewat daun diharapkan dapat lebih efisien dan efektif (Parnata S. A, 2004).
III.
METODE
PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Nambongan, Desa Tlogoadi,
Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. 175 m dpl, jenis tanah .Penelitian
ini dilakukan selama 2 bulan, yakni dari bulan Maret hingga bulan Mei 2015.
B.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: benih caisinvarietas
Tosakan (Cap Panah Merah), pupuk organik cair (Cairan Aktivator Pertumbuhan
Multi Tanaman 1 L), polybag, tanah, dan pupuk kandang.
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain: cangkul,
garpu, ember, gembor, timbangan, pengaris dan alat tulis lain.
C.
Rancangan Perlakuan dan Percobaan
Penelitian
ini menguji pengaruh Konsentrasi dan frekuensi pupuk organik cair terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman caisin, didalam pengujiannya faktor konsentrasi
dan frekuensi disusun dengan Rancangan
Faktorial.Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali.
1.
Faktor I adalah Konsentrasi POC terdiri atas 2 aras yaitu :
P1 =Konsentrasi (7 cc/l)
P2 =konsentrasi (10 cc/l)
2.
Faktor II adalah frekuensi terdiri atas 2 aras yaitu :
F1 =
yang dianjurkan.
F2 = 6 hari sekali.
Dari kedua faktor tersebut didapatkan 2 x 2 = 4 kombinasi perlakuan.
Jumlah tanaman yang diperlukan dalam penelitian ini sebanyak 4 x 3 ulangan = 12sampel
tanaman, ditambah 3 perlakuan control = P0. Setiap perlakuan terdapat 3 sampel
tanaman dan jumlah total populasi tanaman adalah 15 x 3tanaman = 45 tanaman.
Untuk masing-masing perlakuan diambil 1 polybag tanaman sampel untuk diuji.
Tabel 2. Tata Letak Penelitian.
No
|
Ulangan
I
|
Ulangan
II
|
Ulangan
III
|
1.
|
P0 u1
|
P0 u2
|
P0 u3
|
2.
|
P1f1 u1
|
P1f2 u2
|
P1f1 u3
|
3.
|
P1f2 u1
|
P1f2 u2
|
P1f2 u3
|
4.
|
P2f1 u1
|
P2f1 u2
|
P2f1 u3
|
5.
|
P2f2 u1
|
P2f2 u2
|
P2f2 u3
|
D.
Pelaksanaan Penelitian
1.
Persiapan media tanam
Lahan terlebih dahulu dibersihkan dari rerumputan, kemudian isi
polybag dengan tanah yang telah dicampur dengan pupuk kandang. Polybag disusun
menjadi 5 blok, tiap blok berisi 15 polybag dengan jarak 30 x 30 cm, jadi untuk
total keseluruhan terdapat 75 polybag yang akan digunakan sebagai media tanam.
Polybag yang digunakan berdiameter 15 cm.
2.
Persemaian
Pembuatan persemaian dilaksanakan 1 minggu sebelum tanam, kemudian
benih yang sudah dicampur dengan pasir ditaburkan dengan merata dilahan
persemain, benih yang sudah disemai ditutup dengan tanah tipis. Persemaian
perlu disiram secara teratur agar dapat tumbuh dengan baik. Umur 2 (minggu)
persemain telah siap pindah tanam kelahan yang telah disediakan.
3.
Penanaman
Penanaman dilakukan pada pagi hari dengan cara mencabut bibit secara
hati-hati dari persemaian, lalu bibit dipindah tanam kedalam polybag. Satu
polybag hanya berisi satu tanaman caisin saja.Setelah itu tanaman disiram
dengan air secukupnya agar tanaman yang baru dipindah dapat beradaptasi dengan
media tanam barunya, selain itu agar tanaman tidak kekurangan air yang dapat
menyebabkan tanaman menjadi layu.
4.
Pemeliharaan
Pemeliharaan
meliputi:
a.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan
pada tanaman yang mati, tanaman sulaman diambil dari bibit persemaian yang
masih tersisa, penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati, agar perbedaan umur
tanaman tidak terlalu jauh.
b.
Pemupukan
Pemupukan dengan
pupuk organik cair (POC) dilakukan pada saat tanaman berumur 4 hst dan 6 hst,
sesuai dengan perlakuan.
c.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan
setiap satu hari sekali, yaitu pada pagi hari atau sore hari disesuaikan dengan
keadaan cuaca, jika terjadi hujan maka penyiraman tidak perlu dilakukan.Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan gembor agar tanaman tidak rusak atau roboh,
apabila pada saat tanaman masih kecil.
d.
Penyiangan
gulma
Penyiangan dilakukan
dengan cara mencabut gulma secara hati-hati agar tidak merusak tanaman dan
sekaligus menggemburkan tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
e.
Pengendalian
hama
Pengendalian hama
dengan cara fisik dan mekanik apabila pertumbuhan dan perkembangan hama
mencapai ambang ekonomi maka dilakukan pengendalian secara kimia, pengendalian
hama dilakukan untuk menjaga kualitas caisin agar tidak berlubang.
f.
Pemanenan
Pemanenan
dilakukan pada umur 30 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan cara
mencabut tanaman beserta akarnya.
E.
Variabel yang Diamati
1.
Tinggi
Tanaman (cm)
Tinggi
tanaman diukur dari permukaan tanah sampai pucuk daun yang paling
tertinggi.Pengukuran dilakukan setiap 7 hari atau satu minggu sekali sampai
minggu ke empat.
2.
Lebar
daun (cm)
Pengukuran
lebar daun dilakukan setiap 7 hari atau satu minggu sekali sampai minggu ke
empat pada bagian tengah daun, tujuannya untuk mengetahui adanya pertumbuhan
tanaman caisin yang diamati.
3.
Jumlah
daun (helai)
Pengukuran
jumlah daun dilakukan setiap 7 hari atau satu minggu sekali sampai minggu ke
empat, jumlah daun yang dihitung yaitu daun yang sudah terbentuk sempurna.
4.
Berat
segar tanaman (g)
Berat
segar adalah berat tanaman beserta akar yang baru dipanen atau yang baru
dicabut dari media tanam yang diukur setelah umur 30 Hst dan langsung ditimbang
beratnya.
5.
Berat
kering tanaman (g)
Pengukuran berat kering tanaman dengan menimbang semua bagian tanaman
yang telah dikeringkan dalam oven dengan temperatur 80-85ÂșC, sampai berat
konstan, pengukuran ini dilakukan pada saat tanaman umur 30 Hst.
6.
Berat segar akar (g)
Penimbangan berat segar akar yaitu dengan cara
mencuci akar tanaman dengan menggunakan air hingga bersih dari sisa-sisa tanah,
kemudian dikeringkan baru kemudian ditimbang beratnya.
F.
Analisis Data
Data
yang diperoleh dianalisis dengan Sidik Ragam pada jenjang 5%, apabila ada nyata
antar perlakuan, maka analisis dilanjutkan dengan DMRT (Duncan’s Multiple Range
Test).
Daftar
Pustaka
Anonim.(1981). Daftar Komposis Bahan Makanan.Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
Anonim.(1993). Petunjuk Teknis Bertanam Sayuran.Yogyakarta 154 hal: AKK.
Anonim.(1989). Pupuk dan Kesuburan Tanah. Balai Informasi Pertanian Unggaran.
Arief.(1990). Holtikultura.Jakarta: Penebar Swadaya.
Cahyono.(2003). Teknik dan Strategi Budidaya Sawi Hijau.Yogyakarta 12-62 hal:
Yayasan Pustaka Nusatama.
Hakim.(1986). Dasar-dasar Ilmu Tanah.Lampung: Universitas Lampung.
Hardjowigeno.(1989). Ilmu Tanah.Jakarta: PT. Mediyatama Sarana Perkara.
Haryanto et al. (2001).Sawi dan Selada.Jakarta 117 p: Penebar Swadaya.
Haryanto.(1995). Sawi dan Selada.Jakarta. 177 hal: Penerbit Swadaya.
Haryanto.(2003). Sawi dan Selada.Jakarta 5-26 hal: Edisi Revisi Penebar Swadaya.
Lingga.(2000). Petunjuk Penggunaan Pupuk.Jakarta 92 hal: Penerbit Swadaya.
Lingga, P. (1986). Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mulyani.(1995). Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rieneka Cipta.
Pernata S.A. (2004). Pupuk Organik Cair: Aplikasi dan Manfaatnya. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Rinsema.(1986). Pupuk dan Cara Pemupukan.Jakarta: Bharata Karya Aksara.
Rukmana.(1984). Budidaya Tanaman Sawi.Jakarta: Penerbit Swadaya.
Rukmana.(1984). Budidaya Tanaman Sawi.Jakarta 160 hal: Penerbit Swadaya.
Sarief.(1990). Kesuburan dan Pemepukan Tanah Pertanian. Bandung 182 hal: Pustaka
Buana.
Sukamto Hadisuwito. (2011). Pupuk Kompos Cair.Jakarta Selatan 50
hal: PT Agro Media Pustaka.
Sutejo.(1999). Pupuk dan Cara Pemupukan.Jakarta. 120 hal: Bina Aksara.